Friday, August 16, 2013
Melindungi Diri dari Kehancuran adalah dengan cara mengikuti Al Quran dan As- Sunnah
Saya berharap dengan membaca judul diatas
seseorang tidak hanya mengiyakan atau membenarkan sebatas dengan lisan
begitu saja, melainkan dia juga mau mengamalkan apa yang saya tawarkan
melalui judul tersebut. Hal ini karena sebenarnya permasalahan atau
judul yang tertulis itu sudah sangat diketahui oleh sebagian besar kaum
muslimin, namun sayangnya mereka hanya memahaminya sebagai sebuah teori
belaka dalam artian mereka tidak melakukan tindakan berupa pengamalan
teori tersebut. Yang saya inginkan adalah agar orang-orang Islam yang
belum mau tunduk dengan ketentuan Al-Quran dan As Sunnah, sejak hari ini
mau tunduk dengan ketentuan Al Quran dan As sunnah. Mau mempelajarinya
dengan sungguh-sungguh dan mengamalkannya juga dengan sungguh-sungguh
dimulai dari diri sendiri dan keluarga terdekat.
Memang kaum muslimin hari ini sedang dalam
keadaan pesakitan, lemah, dan tidak berdaya. Orang–orang kafir dan
munafik bersatu padu untuk menghancurkan negeri-negeri Islam dan
kawasan-kawasan yang dihuni oleh kaum muslimin. Spanyol dan Palestina
telah mereka kuasai dan kini tinggal kenangan saja. Semua hal ini
disebabkan karena semakin berkurangnya perhatian kaum muslimin terhadap
sumber kekuatan mereka sendiri, yaitu Al Quran dan As Sunnah. Akhirnya
mereka dihinakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala karena mereka berburuk
sangka kepada Allah dengan menganggap bahwa Al Quran dan As Sunnah
sangat kecil pengaruhnya bagi kejayaan dan kemenangan ummat ini. Mereka
juga beranggapan bahwa dakwah yang sekarang ini ada di masjid-masjid
mempelajari Al Quran dan Sunnah tidak mampu menggerakkan ummat atau
sangat lambat dalam memobilisasi mereka serta sama sekali tidak mampu
menyaingi berbagai media milik orang-orang komunis, Yahudi, dan
Nashrani.
Anggapan-anggapan seperti ini –jika di
dalamnya terdapat kandungan kebenarannya- cukuplah para pelakunya
mendapatkan dosa karena mereka melalaikan perhatian para generasi muda
dari kedua wahyu ; Al Quran dan As Sunnah, menghafalnya, mempelajarinya,
dan mengajarkannya. Bahkan sekalipun sebagian dari mereka
mengahabiskan banyak waktunya untuk mengajarkan agama kepada orang
banyak, akan tetapi sangat jarang mereka itu mengambil satu ayat atau
sepenggal hadits sebagai dasar rujukan kecuali sekedar untuk tabarruk
atau untuk mengharapkan berkah. Jadi, memang anggapan dan sangkaan
mereka di atas menyebabkan mereka meninggalkan Kalaamullah (ayat-ayat Allah) serta hadits-hadits Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Demi Allah ! Demi Allah! Demi Allah! Demi
Allah! Sungguh mereka benar-benar lebih khusyu ketika mendengarkan
lagu-lagu dan nasyid-nasyid jika dibandingkan dengan ketika mendengar Al
Quran dan As Sunnah dibacakan.
Tidakkah kalian mengetahui dan mau berpikir
bahwa orang-orang kafir tidak akan mampu mengalahkan kalian selagi
kalian mau membaca dua wahyu tersebut?
Allah ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu
mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al kitab, niscaya
mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.
Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah
dibacakan kepada kamu, dan rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu?
barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, Maka Sesungguhnya
ia Telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (Ali ‘Imran 100-101)
Dalam ayat yang mulia ini terdapat dua faedah:
Pertama:
Pengikut dua wahyu –Al Quran dan As Sunnah- terlindungi dari kekafiran.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Yakni
bahwa kekufuran jauh dari kalian dan kalian terhindar darinya, karena
ayat-ayat Allah turun kepada Rosul-Nya, lalu Rosul membacakan serta
menyampaikan kepada kalian siang dan malam.” (Tafsir Al Quran Al Karim 1/597 cet. Daar Al Fikr)
Kedua:
Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan tipu
daya orang-orang kafir terhadap kaum muslimin yaitu keinginan mereka
untuk mengkafirkan kaum muslimin.
Allah ta’ala berfirman:
“Sebahagian besar ahli Kitab
menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran
setelah kamu beriman, Karena dengki yang (timbul) dari diri mereka
sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma’afkanlah dan
biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” ( Al Baqarah: 109)
Saking besarnya makar mereka tersebut,
sampai sampai Allah menggambarkan makar mereka itu dapat meruntuhkan
gunung-gunung sebagaimana firman-Nya:
“Dan Sesungguhnya mereka Telah membuat
makar yang besar padahal di sisi Allah-lah (balasan) makar mereka itu.
dan Sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung
dapat lenyap karenanya.” (Ibrahim: 46)
Meskipun demikan, Allah tetap memberikan
jaminan bahwa iman kalian tidak akan pernah runtuh selama kalian mau
membaca (mempelajari) dan melaksanakan kandungan Al Quran dan As Sunnah.
Dan memenuhi seruan untuk kembali kepada Al
Quran dan As Sunnah dengan cara mempelajarinya, mengamalkannya, dan
mengajarkannya ini hukumnya adalah wajib. Sebagaimana ditegaskan dalam
firman Allah ta’ala:
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah
seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu
yang memberi kehidupan kepada kamu, Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah
membatasi antara manusia dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu
akan dikumpulkan.” ( Al Anfaal: 24)
Mereka yang mau kembali kepada kedua wahyu
tersebut dijamin tidak akan tersesat selama-lamanya sebagaimana sabda
Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Aku tinggalkan bagi kalian dua perkara.
Kalian tidak akan tersesat bila selalu berpegang kepada keduanya:
Kitabullah dan Sunnahku. Keduanya tidak akan terpisah sehingga keduanya
menemui aku di telaga Haudl.” (HR. Bukhari dan Malik. Hadits ini hasan)
Para Rosul ‘alaihimus salam adalah manusia
yang paling mengikuti wahyu. Oleh karena itu, Allah memberi mereka
kekuatan untuk menolong mereka, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
“Allah Telah menetapkan: “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang”. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Al Mujadaalah : 21)
“Dan Sesungguhnya Telah tetap janji kami
kepada hamba-hamba kami yang menjadi rasul,(yaitu) Sesungguhnya mereka
Itulah yang pasti mendapat pertolongan. Dan Sesungguhnya tentara Kami
itulah yang pasti menang,” (Ash Shaffaat: 171-173)
”Sesungguhnya kami menolong rasul-rasul
kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari
berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)” (Al Mukmin: 51)
Siapa saja yang mengikuti jalan para rosul
niscaya akan memperoleh apa yang diperoleh para rosul, yaitu kekuatan
dan pertolongan Allah.
Allah ta’ala berfirman kepada Musa dan Harun ‘alaihimas salam dan juga para pengikut keduanya:
“Allah berfirman: “Kami akan membantumu
dengan saudaramu, dan kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar,
Maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan
membawa mukjizat kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang
akan menang.” (Al Qashash: 35)
Dan Allah juga berfirman kepada ‘Isa ‘alaihis salam dan kepada para pengikutnya:
“(ingatlah), ketika Allah berfirman:
“Hai Isa, Sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu
dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang
yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas
orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian Hanya kepada Akulah
kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu
kamu berselisih padanya”. (Ali ‘Imran: 55)
Ibnu Taimiyah berkata: “Setiap orang yang
mengikuti rasul, Allah akan selalu bersamanya sesuai dengan kadar
ittiba’nya (kesetiaan dalam mengikuti) kepada rosul tersebut.”
Allah ta’ala berfirman:
“Hai nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.” (Al Anfaal: 64)
“Dan jaminan perlindungan secara mutlak
akan diperoleh dengan cara mengikuti rasul secara total. Sebaliknya,
jaminan perlindungan akan berkurangmanakala seseorang berkurang dalam
mengikuti rasul.” (Minhajus Sunnah 8/487-488)
Kemudian Ibnu Taimiyah berkata lagi: ”
Seandainya ada seseorang terasing sendirian di sebuah negeri membawa
kebenaran dari rasul sementara tidak ada orang yang menolongnya, maka
sesungguhnya Allah akan bersamanya dan tetap memperoleh bagian dari
firman-Nya:
“Jikalau kamu tidak menolongnya
(Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah Telah menolongnya (yaitu) ketika
orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang
dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di
waktu dia Berkata kepada temannya: “Janganlah kamu berduka cita,
Sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka Allah menurunkan keterangan-Nya
kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak
melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang
rendah. dan kalimat Allah Itulah yang Tinggi. Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana” (At Taubah: 40)
Berikut ini adalah kisah keteladanan yang
akan selalu dikenang sepanjang masa sebagi satu contoh dan bukti bahwa
orang yang selalu mengikuti jalan para rosul, merekalah yang akan
mendapatkan kemenangan.
Kisah ini memuat keagungan dan kemuliaan
seorang Abu Bakar yang melalui tangannya Allah subhanahu wa ta’ala
menjaga dan menolong agama-Nya setelah Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam sendiri.
Abu Hurairah pernah berseru:”Demi Allah yang
tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Dia! Seandainya bukan karena
Abu Bakar yang menjadi khalifah (setelah Rosulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam wafat) maka niscaya Allah tidak disembah.!!”
Dan beliau mengulang-ulang ucapannya
tersebut. Dan tatkala beliau mengulangnya lagi untuk yang ketiga
kalinya, seorang sahabat pun berkata kepda beliau: “Sudahlah, wahai Abu
Hurairah!”
Abu Hurairah dengan serta-merta berkata: ”
Sesungguhnya Rosulullah shallallahu ‘alai wa sallam memberangkatkan
pasukannya dibawah pimpinan Usamah bin Zaid dengan kekuatan tujuh ratus
pasukan ke negeri Syam, dan tatkala pasukan tersebut tiba di Dzi Khasyab
Rosulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat dan suku-suku arab yang
berdiamdi sekitar Madinah kembali menjadi kafir (murtad).
Sahabat-sahabat rosulullah pun sepakat menghadap beliau (Abu Bakar)
kemudian berkata:”Wahai Abu Bakar, Perintahkanlah pasukan Usamah untuk
kembali ke Madinah! Mereka sedang menuju Syam untuk menghadapi pasukan
Romawi padahal orang-orang Arab di sekitar kota Madinah ini kembali
menjadi kafir (murtad dengan wafatnya Rosulullah).”
Abu Bakar pun berkata: “Demi Dzat yang tidak
ada Ilah selain Dia, seandainya segerombolan anjing mengitari kaki para
istri rosulullah (sekalipun), maka saya tetap tidak akan mengembalikan
pasukan yang telah diberangkatkan sendiri oleh rosulullah. Saya tidak
akan menurunkan panji-panji yang telah dipancangkan oleh rosulullah.”
Dan beliau pun tetap meneruskan pasukan
Usamah. Setiap kali pasukan tersebut melewati kabilah yang ingin murtad,
kabilah tersebut berkata:”Kalau kaum muslimin tidak memiliki kekuatan
lagi maka pasukan seperti ini tidak akan mungkin keluar meninggalkan
kota Madinah. Oleh kerena itu biarkanlah mereka bertemu dengan bangsa
Romawi.”
Akhirnya bertemulah dua pasukan tersebut.
Setelah terjadi pertempuran sengit, akhirnya pasukan Usamah dapat
mengalahkan dan menghabisi pasukan Romawi. Merekapun kembali dengan
selamat dan membawa kemenangan. Orang-orang Arab yang tadinya ingin
kembali kafir tetap memeluk Islam.” (Al Aawasim minal Qawasim karya Ibnul ‘Arabi hal 63)
Jadi, hasil dari keteguhan memegang sunnah adalah kemenangan atas musuh dan keteguhan atau ketetapan dalam menjalankan Islam.
Perhatian:
Muhammad Al-Amin Asy Syinqithi rahimahullah
berkata: ” Dan para ‘ulama telah menyatakan bahwa kemenangan para Nabi
ada dua macam: Pertama, menang dengan hujjah (argument) dan bayan
(penjelasan); dan kedua, menang dengan pedang dan tombak yang hanya
dikhususkan bagi orang-orang yang memang diperintahkan berperang di
jalan Allah.” (Adhwaa Al Bayan 1/353)
Oleh karena itu para Ulama pun menetapkan
bahwa orang-orang beriman yang pada hari ini lemah dan tidak mampu serta
tidak diperintahkan untuk berperang, maka mereka hanya dibebankan untuk
menguasai hujjah-hujjah ilmiyah yang (diharapkan dapat) menumbangkan
semua kebatilan dan perselisihan. Adapun orang-orang yang dikaruniai
kekuatan (al Quwwah) dan kekuasaan (As Sulthan) maka diperintahkan untuk
menggunakannya sehingga hujjah-hujjah ilmiyah tertopang dengan pedang
dan tombak. Dengan demikian hujjah ilmiah akan menang disegala zaman.
Ahlu Hadits adalah orang yang paling kuat hujjahnya kerena mereka paling mengerti tentang Al Quran dan As Sunnah.
Mereka juga orang yang paling mengerti
tentang petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka mereka adalah
orang yang paling mengikuti Al Quran dan Sunnah.
Pembahasan selengkapnya tentang Ahlul Hadits akan disampaikan pada bab kedua.
Ancaman Kesesatan dan Kekafiran
Bagi orang yang Menyelisihi Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Selama Allah menetapkan keteguhan bagi
pengikut Nabi-Nya dalam agamanya, maka selama itu pula Dia menetapkan
bahaya (musibah dalam agamanya) bagi orang-orang yang menyelisihinya.
Allah ta’ala berfirman:
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa azab yang pedih.” ( An Nuur: 63)
Ibnu Taimiyah berkata tentang firman Allah di atas: “(Dalam
ayat ini) Allah memerintahkan kepada orang-orang yang menyelisihi
perintah Rosul-Nya agar takut tertimpa fitnah atau cobaan. Fitnah disini
maksudnya: Murtad dan kufur.”
Allah berfirman:
“Dan perangilah mereka itu, sehingga
tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu Hanya semata-mata
untuk Allah. jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), Maka tidak ada
permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.” (Al Baqarah: 193)
Abu Thalib Al Misykani berkata:”….Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan fitnah itu? (Fitnah itu adalah) kekafiran.” (Ash Sharim Al Maslul hal.56-57)
Kekafiran yang dimaksud adalah kekafiran
karena sikap menyelisihi, menolak, atau membangkang dari perintah rosul.
Pangkal kekafiran Ahli Kitab adalah dari sisi peyelisihan mereka terhadap para Rosul. Allah berfirman:
” Mereka menjadikan orang-orang alimnya
dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka
mempertuhankan) Al masih putera Maryam, padahal mereka Hanya disuruh
menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (At Taubah: 31)
Oleh karena itu takutlah kalian wahai para
penerus ummat ini jika kalian berjalan tidak sesuai dengan aturan main
yang sudah ditetapkan oleh Allah dan Rosul-Nya!
Bahkan lebih lanjut Allah melekatkan kehinaan pada diri orang-orang yang menentang Allah dan Rosul-Nya sebagaimana firman-Nya:
“Sesungguhnya orang-orang yang menetang Allah dan RasulNya, mereka termasuk orang-orang yang sangat hina.” (Al Mujaadalah: 20)
Hal ini deperkuat juga dengan sabda Rosul-Nya:
“….dan dijadikan kehinaan dan kekerdilan atas orang yang menyelisihi perintahku.” (HR Ahmad 2/50 dan lain-lain)
Kesimpulan:
Menuntut ilmu syar’i adalah merupakan
kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah. Tidak ada alasan sedikit pun
yang bisa digunakan untuk menggugurkan kewajiban menuntut ilmu syar’i.
Terlebih lagi pada saat atau zaman seperti sekarang ini dimana banyak
media dan saran yang tersedia, banyak ustadz dan buku-buku yang telah
tersebar dimana-mana. Satu hal yang harus diperhatikan, tuntutlah ilmu
agama itu dari sumber-sunbernya yang terpercaya, dari ulama-ulama yang
terkenal tsiqah dan lurus pemahaman agamanya. Karena hari ini
banyak orang-orang sesat yang hadir dimana-mana dan menulis serta
berbicara di banyak tempat dengan kesesatan. Berhati-hatilah dari mereka
wahai para generasi penerus ummat !
http://ghulamzuhri.wordpress.com/category/bab-i-kemuliaan-hanya-dapat-dicapai-dengan-ilmu/
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment