Thursday, August 22, 2013
Makin santer perang Sunni-Syiah di Suriah
Pemilu Iran berlalu dan pusat mata sejagat kembali beralih ke Suriah.
Negeri dilanda perang saudara itu semakin ramai dengan masuknya
pelbagai kekuatan. Barat dan timur terpecah mendukung salah satu pihak.
Gerbang konflik dunia diramalkan datang dari negeri dipimpin Presiden
Basyar al-Assad ini.
Tak sampai 24 jam setelah Hasan Rouhani terpilih, Iran dilaporkan
mengirim 4.000 orang anggota Garda Revolusi ke Suriah demi mendukung
Assad dan berperang melawan pemberontak, seperti dilansir stasiun
televisi Al Arabiya, Senin (17/6).
Sumber terdekat militer di republik Islam itu mengatakan setengah
dari mereka ditempatkan di Bukit Golan menghadang pasukan Israel dan
perang ini memiliki pergeseran isu menjadi perang Islam Sunni dan Syiah.
Muslim saling membunuh tanpa rasa persaudaraan dan keyakinan pada satu
Tuhan.
Syiah, disebut-sebut sebagai Islam melenceng sebab tidak mengakui
sahabat Nabi Muhammad yakni Abu Bakar, Umar bin Khatab, dan usman bin
Affan sebagai pengganti saat Rasul mangkat. Bahkan beberapa literatur di
pelbagai situs gemar mengupas habis aliran agama disebutkan Syiah tidak
menempatkan syahadat dalam rukun Islam.
Duta besar Iran untuk Indonesia Mahmud Farazandeh membantah hal itu.
Menurutnya Syiah itu Islam dan setiap orang punya keleluasaan
menterjemahkan Al-Quran. "Kami bersyahadat Tauhid dan Rasul. Mengakui
keesaan Allah dan Muhammad sebagai utusannya. Itulah dasar Islam. Jadi
apa yang perlu diributkan?" ujar Farazandeh saat bertandang ke markas
merdeka.com beberapa waktu lalu.
Menjadi wajar jika pihak barat memandang Islam agama barbar bisa
membunuh bahkan sesama muslim. Iran, Rusia, dan Hizbullah menyatakan
pergi ke Suriah lantaran ingin membantu Assad mempertahankan
kepemimpinan yang sah tanpa campur tangan barat.
Sementara pemberontak disokong oleh Amerika Serikat, negara-negara di
Timur Tengah seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan sebentar lagi
Mesir bisa jadi bakal bergabung di sisi oposisi. Ini perang tidak bisa
diterangkan strategi dan akhirnya.
Konflik awalnya mengacu pada sistem pemerintahan Assad kini
berkembang menjadi perang Syiah dan Sunni. Itulah sifat manusia, mencari
celah dan kesalahan orang lain tanpa bisa mencari kesalahannya sendiri.
Semua berawal dari turunnya Hizbullah ke Suriah dengan kekuatan penuh,
disambut peringatan keras dari ulama Sunni di Libanon. "Hizbullah Syiah
telah mengirimkan wakilnya membantai rakyat Suriah Sunni. Kita harus
jihad," ujar ulama tidak diketahui namanya itu seperti dilansir stasiun
televisi Al Arabiya (5/11/2012). Semua ini lantaran Assad penganut
Shiite, salah satu unsur Syiah, sementara banyak pemberontak
berkeyakinan Sunni.
Gara-gara Suriah pula konflik Sunni-Syiah memanas di Libanon. Secara
kebetulan Sunni mendominasi oposisi Suriah. Ini pun ikut merebak ke
wilayah lain. Bahkan Ikhwanul Muslimin Mesir dominasi Sunni ikut-ikutan
kesal dengan Syiah dan mengakibatkan Presiden Muhammad Mursi memutuskan
hubungan diplomatik dengan negara itu.
Padahal di masa lalu Suriah dan Mesir menjadi satu kesatuan dalam
membombardir Israel. Kini seperti tak saling kenal, apalagi Mesir punya
angkatan bersenjata kuat lantaran sokongan dari Amerika Serikat. "Islam
tidak sadar tengah dipecah," ujar Farazandeh.
Ucapan Farazandeh bisa dipertimbangkan lantaran aliran Syiah dan
Sunni sudah ada sejak dulu dan tak secuil pun menjadi alasan menyerang
satu sama lain. Persaingan memang ada tapi bukan pertumpahan darah.
Iran dan Hizbullah menyangkal tudingan membantu Assad sebab Syiah.
Para ulama Syiah pun berujar sama, tak ketinggalan pemimpin tertinggi
Negeri Mullah Ayatullah Ruhallah Khamenei. Menurut dia semua terjadi di
Suriah merupakan konflik mendukung barat atau pemerintahan Suriah.
"ISiapapun menghembuskan itu perang Syiah-Sunni dia picik," Khamenei
berseru.
[din]
http://www.merdeka.com/dunia/makin-santer-perang-sunni-syiah-di-suriah.html
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment