Monday, July 22, 2013
Makna Hadits “Masuk Surga Dalam Keadaan Dibelenggu Rantai”
Rasululllah shallallahu ‘alaihi wa sallam besabda,
عَجِبَ اللَّهُ مِنْ قَوْمٍ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ فِى السَّلاَسِلِ. رواه البخاري
“Allah heran dengan orang-orang yang masuk surga dengan dibelenggu rantai.” [1]
Dan pada riwayat lain,
لَقَدْ عَجِبَ رَبُّنَا عَزَّ وَجَلَّ مِنْ قَوْمٍ يُقَادُونَ إِلَى الْجَنَّةِ فِى السَّلاَسِلِ. رواه أحمد وأبو داود
“Sungguh Allah heran dengan orang-orang yang ditarik untuk masuk ke surga dengan menggunakan rantai.” [2]
Maknanya adalah para tawanan kemudian mengetahui kebenaran Islam
akhirnya mereka masuk Islam atau ada juga yang memaknai dengan makna
dzahirnya masuk Islam dalam keadaan terpaksa,sehingga masuk surga dalam
keadaan benar-benar dibelenggu rantai.
AL-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah berkata,
المراد
بكون السلاسل في أعناقهم مقيد بحالة الدنيا فلا مانع من حمله على حقيقته
والتقدير يدخلون الجنة وكانوا قبل أن يسلموا في السلاسل وسيأتي في تفسير آل
عمران من وجه آخر عن أبي هريرة في قوله تعالى كنتم خير أمة أخرجت للناس
قال خير الناس للناس يأتون بهم في السلاسل في أعناقهم حتى يدخلوا في
الإسلام
“yang dimaksud dengan belenggu rantai di leher mereka adalah mereka
terpaku/terikat dengan kehidupan dunia. Tidak ada penghalang untuk
memahaminya dengan makna hakikat (tekstual, yaitu benar ada yang masuk
surga dalam keadaan dibelenggu rantai, pent). Sedangkan maksud dari
“mereka masuk surga” yaitu mereka sebelumnya berada dalam belenggu
rantai. Akan ada nanti tafsir surat Ali Imran dalam bentuk yang lain
dari Abu Hurairah, Allah Ta’ala berfirman,
“kamu adalah umat terbaik yang di lahirkan untuk manusia”
Sebaik-baik manusia yang membawa mereka dengan belenggu yang melilit di leher mereka sehingga mereka masuk islam.”
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata,
قال
بن الجوزي معناه أنهم أسروا وقيدوا فلما عرفوا صحة الإسلام دخلوا طوعا
فدخلوا الجنة فكان الإكراه على الأسر والتقييد هو السبب الأول وكأنه أطلق
على الإكراه التسلسل ولما كان هو السبب في دخول الجنة
“makna hadist ini yaitu ketika orang kafir tertawan, kemudian mereka
masuk Islam di sebabkan mereka mengetahui kebenaranya, dan mereka masuk
islam dengan sukarela maka mereka masuk surga. Kondisi terpaksa pada
tawanan merupakan sebab awalnya, maka dimutlakkan dengan pemaksaan
dengan belenggu rantai karena ialah sebab masuknya mereka dalam surga.
Al-Thibi rahimahullahu berkata,
وقال
الطيبي ويحتمل أن يكون المراد بالسلسلة الجذب الذي يجذبه الحق من خلص
عباده من الضلالة إلى الهدى ومن الهبوط في مهاوي الطبيعة إلى العروج
للدرجات لكن الحديث في تفسير آل عمران يدل على أنه على الحقيقة ونحوه ما
أخرجه من طريق أبي الطفيل رفعه رأيت ناسا من أمتي يساقون إلى الجنة في
السلاسل كرها قلت يا رسول الله من هم قال قوم من العجم يسبيهم المهاجرون
فيدخلونهم في الإسلام مكرهين
“maksud dari rantai yaitu menarik, kebenaran menariknya dengan
melepaskannya dari kesesatan menuju hidayah, dari tingkatan bawah menuju
tingkatan tertinggi. Akan tetapi hadits dalam tafsir surat Ali Imran
menunjukkan maknanya adalah hakikat (tekstual, benar-benar ada yang
masuk surga dibelenggu, pent). Sebagaimana dari riwayat dari Abu Tufail,
ia memarfu’kannya (sampai sanadnya kepada Nabi)
“Saya Melihat Manusia dari umatku digiring ke surga dalam dibelenggu rantai dengan terpaksa”
Kemudian aku berkata,
“wahai Rasulullah siapakah mereka?”
Beliau bersabda,
“sekelompok orang dari Ajam (non-Arab) yang ditawan oleh orang Muhajirin kemudian mereka masuk Islam dalam keadaan terpaksa”.
وأما
إبراهيم الحربي فمنع حمله على حقيقة التقييد وقال المعنى يقادون إلى
الإسلام مكرهين فيكون ذلك سبب دخولهم الجنة وليس المراد أن ثم سلسلة
Adapun Ibrahim Al-Harbi berpendapat bahwa tidak boleh memahaminya
dengan makna hakikat (tekstual) dan ia berkata bahwa maknanya adalah
mereka digiring masuk Islam dalam keadaan terpaksa dan ini menjadi sebab
mereka masuk ke dalam surga, bukanlah maksudnya di surga sana ada
belenggu.
وقال غيره يحتمل أن يكون المراد المسلمين المأسورين عند أهل الكفر يموتون على ذلك أو يقتلون فيحشرون
Adapun ulama yang lain berpendapat makna adalah orang muslim yang
ditawan oleh orang kafir dan mereka mati dalam keadaan tertawan atau
mereka terbunuh, maka mereka dikumpulkan dalam keadaan seperti itu
(dibelenggu)[3]
@FK UGM, 27 Jumadis Tsani 1434 H
Penyusun: Raehanul Bahraen
Artikel www.muslimafiyah.com
silahkan like fanspage FB dan follow twitter
[1] HR. Bukhari
[2] HR. Ahmad, dan Abu Dawud
[3] Fathul Bari 6/145, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379 H, syamilah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment