Tak Ingin Jadi Kiai?
Penulis : KH
Mahrus Ali
Penerbit :
Laa Tasyuk
Resensi:
Buku ” Tak Ingin Jadi Kiai?” ini merupakan refleksi atas kesadaran diri dari sosok yang tidak hanya dididik dan dibesarkan oleh tradisi NU, tetapi telah mengajarkan dan menyebarkan tradisi NU itu sendiri, namun setelah menemukan ajaran Nabi M yang diyakini sebagai ajaran Islam yang murni dan bersih, yang belum tercampuri oleh berbagai tradisi asing, maka H. Mahrus Ali . ingin mengubur tradisi lama dan menyebarkan tradisi yang menurutnya sebagai Islam yang benar. Adapun label NU disandangkan pada setiap bukunya, semata karena ingin memperoleh perhatian kepada orang yang pernah didakwahi dengan metode dan cara NU, dalam hal tnk orang-orang dan komunitas NU. Pelabelan nama NU semata untuk menarik (kembali) semua amaliah-amaliah yang sudah kadung dia dakwahkan dan tersebar luas, dan dia ingin mencuci bersih apa yang telah didakwahkannya dahulu. Oleh karena itu, sebagai orang yang telah mengetahui yang benar, dia menganjurkan umat Islam, khususnya orang yang pernah menerima dakwahnya dahulu, untuk melaksanakan Islam yang benar sebagaimana yang diterima Nabi subhanahu wata’ala dan diajarkan kepada sahabatnya.
Karya tulis H. Mahrus Ali yang dihasilkan setelah melalui sebuah perenungan dan penelitian terhadap sumber otentik Islam, tidak hanya sebagai bentuk pertanggungjawaban sebagai seorang muslim yang sudah terlanjur telah menyebarkan ajaran Islam yang penuh dengan amaliah bid’ah di masa lalu, tetapi layak dibaca bagi siapapun yang menginginkan dalil sebelum melakukan sebuah amaliah, khususnya yang dikategorikan sebagai amalan sunnah untuk membedakan dengan amalan bid’ah. Hal yang tidak bisa dihindari adalah munculnya respon negatif dari para pengikut yang terlibat aktif dalam amaliah yang disebut sebagai amaliah bid’ah, syirik, dan kufur, khususnya masyarakat NU. Buntut dari respon negatif berupa sikap kaget dan berbentuk sikap dan perilaku yang tidak produktif, seperti caci maki, cemooh, dan berbagai tuduhan terhadap penulis. Bahkan tidak sedikit yang mengarah pada m tindakan kekerasan. Hal itu disebabkan tulisan penulis buku ini dianggap menyinggung perasaan atau melecehkan sebuah institusi atau ormas terbesar di Indonesia. Alangkah indahnya jika respon negatif itu diganti dengan munculnya buku bantahan sehingga tidak hanya memberikan kontribusi positif, berupa pendidikan moral akademik, tetapi juga pendidikan akhlak Islam.
Buku yang berada di hadapan anda ini juga menjelaskan tentang sejumlah orang yang pernah dibesarkan dalam tradisi NU, Namun dalam perjalanan waktu, pertahanan mereka itu ambrol juga sehingga mereka mantap menyatakan keluar dari tradisi bid’ah itu. Mengapa ? Temukan jawabannya di buku ini.
0 comments:
Post a Comment