"Kemunduran sebuah bangsa, karena mereka tidak mengenal sejarah dan tokoh-tokoh mereka" demikianlah yang diungkapkan oleh seorang sejarawan Islam Ibnu Khaldun dalam kitab Al-muqaddimahnya. Mungkin inilah salah datu sebab kemunduran Islam abad ini. Kaum muslimin lebih mengenal sejarah agama lain dan tokoh-tokohnya daripada sejarah agama mereka sendiri. Padahal hanya dengan mengenal sejarah Islam dan tokoh-tokonyalah, kita akan menggenggam kembali dunia ini, sebagaimana para pendahulu kita. Tahukah Anda bahwa diantara sejarah Islam yang ditulis dengan tinta emas oleh para sejarawan Islam dan Barat adalah sejarah Tabi'in. ada apa dengan mereka? mengapa sejarawan dunia barat ikut mengabadikan kisah sejarah mereka, dan membahasnya dalam kajian-kajian dan literatur -literatur ilmiah mereka? Pastikan Anda membaca buku ini!
=============================
Di saat sebahagian besar manusia lebih kenal kepada artis-artis, ahli politik mahupun pemain-pemain bola sepak, mungkin tinggal sedikit sahaja yang mengenal nama-nama seperti Hasan al-Bashri, Umar bin Abdul Aziz dan Abu Hanifah—semoga Allah merahmati mereka—. Cuba renungkan adakah kita termasuk mereka yang sedikit itu? Cuba pula tanyakan, “Sejauh mana kita mengenal mereka?”. Bagaimana pula dengan sosok-sosok seperti Atha bin Abi Rabah, Raja’ bin Haiwah, Muhammad bin Sirin, Sa’id bin Musayyab dan Thawus bin Kaisan?
Siapakah mereka ini?
Mereka adalah orang yang telah mendahului kita hidup di dunia, juga telah mendahului kita dalam meninggalkan dunia. Mereka adalah orang-orang yang hidup di zaman yang mana Islam berada pada puncaknya dan telah merasai kegemilangannya, walaupun mereka tidak merasai segala pembangunan yang kita rasakan pada detik ini. Mereka adalah orang-orang yang telah disebut oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai generasi terbaik. Generasi terbaik setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabat-sahabat baginda. Merekalah yang digelar sebagai Tabi’in. Tabi’in adalah orang-orang yang telah bertemu dengan Sahabat, dalam keadaan beriman dan mati dalam keislaman.
Nama mereka harum di sisi para ulama, ahlul hadits, orang-orang soleh dan para penuntut ilmu yang hidup selepas mereka. Biografi-biografi mereka tercatat indah di kitab-kitab para ulama dan sejarahwan. Kisah-kisah mereka juga disebut di majlis-majlis ilmu. Walaupun jasad mereka telah lama bersatu dengan bumi, namun ilmu-ilmu mereka tidak pernah mati! Ilmu-ilmu mereka sentiasa hidup dan mengalir dari zaman ke zaman. Pahala-pahala mereka terus mengalir hasil kebaikan-kebaikan yang telah mereka ajarkan kepada manusia. Subhanallah! Demikianlah hidupnya para ulama, pewaris para Nabi, pencinta ilmu dan pengagung Sunnah. Ketika hidup mereka mulia, ketika mati juga mereka tetap mulia. Maha benar Allah yang telah berfirman: ”…nescaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa darjat…” (QS Al-Mujaadilah: 11)
Untuk apa kita mengenal mereka?
Kita membaca kisah-kisah mereka bukan semata-mata untuk mengetahui bahawa nama-nama ini pernah wujud, akan tetapi kita ingin mengambil segunung teladan dan pengajaran daripadanya. Maka tidak hairanlah, Imam Abu Hanifah pernah berkata: “Membaca kisah-kisah (salaf) lebih aku sukai daripada fikih.” Namun, bukanlah maksud beliau ingin meremehkan ilmu fikih, akan tetapi dengan membaca kisah para salaf, banyak kebaikan dan perangai yang layak untuk dijadikan teladan. Terlebih lagi, wujud semangat untuk mencontohi dan mengikuti mereka.
Ada lagi satu kisah menarik. Abdullah bin Mubarak segera beranjak pulang selepas solat di masjdi, ketika teman-temannya mengajak beliau berbincang-bincang di depan masjid, beliau berkata: “Apa yang bisa aku perbuat bersama kalian? Kalian duduk-duduk untuk menggunjing manusia, sedangkan saya hendak bergabung dengan majlisnya para sahabat dan tabi’in.” Teman-temannya bertanya hairan: “Bagaimana anda bergabung dengan mereka padahal mereka telah tiada?” Beliau menjawab: “Dengan membaca buku-buku tentang mereka.” (Kata Pengantar Penterjemah, ms 12)
Bergabunglah bersama mereka...
Diolah dengan bahasa yang indah, dan gaya penceritaan yang menarik, penulis benar-benar telah menghasilkan sebuah bahan bacaan yang begitu mengasyikkan. Tidak jemu untuk membacanya, dan tidak sabar untuk menyelak halaman-halaman berikutnya.
Bacalah kisah-kisah agung yang dapat membuatkan anda menggeleng kepala tanda kekaguman terhadap mereka ini.Kisah-kisah yang benar-benar menakjubkan yang belum tertandingi hingga ke hari ini. Paling indah adalah terbitnya rasa cinta kepada mereka, di samping muncul semangat ingin mencontohi mereka. Orang-orang pendahulu yang termasuk generasi terbaik, pewaris para Nabi, penjaga Hadis, ahli ibadah, ahli zuhud yang sebenar, dan orang-orang yang apabila matinya adalah sebuah kehilangan besar bagi umat. Semoga Allah merahmati mereka semuanya. Dan semoga kita kelak dapat berkumpul bersama mereka. Kerana kita kelak akan bersama-sama orang yang kita cintai..
Antara nama-nama yang mana kisah-kisah mereka tercatat di dalam buku ini adalah:
- Atha bin Abi Rabah
- Hasan Al-Basri
- Said bin Musayyab
- Raja’ bin Haiwah
- Thawus bin Kaisan
- Al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar As-Siddiq
- Urwah bin Zubair
- Muhammad bin Sirin
- Dan lain-lain
0 comments:
Post a Comment