Tuesday, September 3, 2013
Anda Bertanya, Agama Syiah Menjawab...
::: Anda Bertanya, Agama Syiah Menjawab..
“Kenapa dalam banyak pertemuan saya dengan mahasiswa Indonesia, mereka memuji-muji Ahmadinejad?” tanya seorang mahasiswa berkebangsaan Iran ketika makan siang.
“Itu semua Pengaruh media,” Jawab saya sekenanya, “Di Indonesia banyak tulisan-tulisan yang memposisikan Ahmadinejad layaknya Pahlawan,” terang saya.
Dari jumlah Pelajar yang kurang lebih 18.000 orang yang berasal dari sekitar 200 negara yang menuntut ilmu di Jamiah Islamiyah Madinah (Universitas Islam Madinah), anak-anak berkebangsaan Iran turut meramaiakan kemajemukan yang ada di universitas yang multikultural ini.
Mahasiswa dari Iran yang belajar di Jamiah Islamiyah ini mayoritas berasal dari tempat-tempat perbatasan antara Iran dengan negara lainnya, karena berdasarkan penuturan mereka, pusat-pusat kota dan daerah daerah yang besar dikuasai oleh pemeluk Agama Syiah Rafidhah, masjid-masjid yang beralirankan Islam Sunni di pusat kota mencapai jumlah “nihil” seluruh masjid beraliran Syiah.
Iran yang diklaim menentang Yahudi ini ternyata merupakan Negara yang memiliki komunitas Yahudi terbesar kedua setelah Israel, sekitar 25-30 ribu penduduk beragama Yahudi berdiam di Iran, sebagaimana yang dilansir sumber resmi Pemerintahan Iran. Tak heran, ketika Masjid Ahlussunnah tak pernah tegak di Teheran, lebih dari 10 Sinagogue (tempat ibadah Umat Yahudi) ditemukan di sana, tak hanya tempat ibadah para Yahudi mempunyai hak untuk duduk di parlemen, sebagaimana Warga Syiah (Lihat: Roger Cohen of The International Herald Tribune, 22 Februari 1999). (Akan tetapi) untuk Muslim Sunni? Tidak ada hak untuk itu.
Agama Ahmadinejad adalah Syiah Itsna ‘Asyairah (Syiah memiliki banyak aliran, salah satunya Syiah Istna ‘Asyarriah), yang mana ianya adalah agama resmi negara, tak ayal mayoritas penduduk Iran adalah pemeluk Syiah Itsna ‘Asyariah. Syiah Itsna ‘Asyariah, sebagaimana yang diutarakan oleh Sheikh Abdurrahman Sastry merupakan mayoritas Paham Syiah di dunia sekarang ini. Sebut saja di Iran, Iraq, Suriya, Libanon, Bahrain dan di daerah-daerah lainnya termasuk Indonesia. Siapakah Syiah ini?
Sheikh Syiah bergelar Al-Mufid menjawab: “Mereka adalah siapa saja yang mengikuti Amirul-Mukminin Ali shalatullah ‘alaihi, dengan segala kepatuhan dan keyakinan akan kekhilafahan Ali, setelah Rasulullah shalawatullah 'alaihi tanpa adanya pemisah dan menafikan ‘kekhalifahan’ sebelum Ali.” [Muhammad bin Muhammad bin Nu’man (seorang Ulama Syiah yang diberi gelaran Al-Mufid) Awaailul-Maqaalaat fil-Madzaahib Al-Mukhtaaraat, hal: 35]
Dalam aliran mereka, Kekhhalifahan Abu Bakar, Umar dan Utsman radiyallahu 'anhum tidak sah, semestinya Ali radiyallahu 'anhu yang menjadi khalifah setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Benarkah dalam Ajaran Syiah, Jibril salah dalam menyampaikan wahyu?
“Allah mengutus Jibril 'alaihissalam untuk Ali dan ternyata Jibril keliru dalam menyampaikan “risalah”, atau wahyu yang seharusnya untuk Ali diberikan kepada Muhammad.” [Al-Jazaairie, Nurul-Barahien, Juz 2, hal: 35]
Apakah benar, bahwa ‘Aisyah radiyallahu 'anha merupakan seorang pezina dalam Ajaran Syi’ah? (Ya Allah, jauhkanlah kami dari aqidah yang buruk ini)
“Ketika Mahdi muncul nantinya, sesungguhnya Imam Mahdi akan menghidupkan ‘Aisyah ‘ dan memberikan “had” (hukuman yang diberikan seseorang, layaknya had zina adalah cambuk, atau rajam bagi yang berkeluarga) kepadanya,” perkataan ini diutarakan oleh imam mereka Al-Majlisy dalam kitabnya, Haqqul-Yaqien, hal: 347..
Bahkan mereka menyatakan:
إن النبي لا بد أن يدخل فرجه النار, لأنه وطئ بعض المشركات (كشف الأسرار و تبرئة الأئمة الأطهار,24
“Sesungguhnya Nabi (Muhammad) seharusnya kemaluannya masuk ke dalam Neraka, karena telah menggauli beberapa wanita musyrik!“ (Menurut mereka, ‘Aisyah dan Hafshah adalah musyrik)[Al-Muswy, Kasyful-Asror wa Tabriatul-Aimmah, hal: 24]
Kenapa di Masjid Nabawi sering terlihat para Syiah ikut menshalati jenazah Ahlus-Sunnah?
Niat mereka adalah mendoakan dan doa tersebut berisi laknat, yaitu: “Ya Allah, penuhilah lambungnya dengan api, kuburnya dengan api dan kuasakan ular dan kalajengking atas mereka.” [Al-Hurr Al-Aamili, Wasa-il Al-Syi’ah (2/771)]
Namun, banyak juga dari mereka yang sebenarnya tidak paham akan agama, bahkan ada sebagian yang membenci agama negaranya, pernah seseorang mahasiswa yang cakap berbahasa Persia menemukan wanita Iran menangis, ketika ditanya penyebabnya, ternyata ia tidak senang dengan Imam yang memandunya dalam haji, karena wanita-wanita yang masuk dalam rombongan Imam tersebut digilir setiap malamnya untuk “melayani” Sang Imam. Allahul Musta’aan..
Apakah Islam Sunni dan Agama Syiah sama tuhannya dan nabinya?
“Sesungguhnya Tuhan yang mana khalifah setelah Nabi-Nya (Muhammad) adalah Abu Bakar sejatinya bukan Tuhan kami dan begitu pula Nabinya bukan Nabi kami.” [Ni’matullah Al Jazaairy, Al Anwar Al Nu’maniyah (2/278)]
Kalau boleh jujur, agama yang berpahaman, bahwa Ibu Umat Mukmin adalah ‘pezina’, sunnahnya nikah mut’ah, masuknya ‘kemaluan’ manusia terbaik sepanjang masa ke dalam Neraka dan pahaman irasional nan horror lainnya ini telah di-imani oleh banyak kalangan. Bahkan, beberapa mahasiswa berkelakar: “Kenapa di Indonesia, Syiah banyak tersebar di daerah Bandung dan Makassar?”
“Karena wanita-wanita daerah setempat memiliki paras yang jelita, sehingga dengan gagasan Syiah akan mut’ahnya (nikah dalam tenggat waktu tertentu, layaknya seminggu, 3 hari dan sebagainya), banyak anak muda yang tertarik.”
Tak langsung, bukan tidak mungkin dalam beberapa windu ke depan Indonesia menjadi “The Next Iran” “Iran Kedua” dan hasilnya Islam Sunni di Indonesia tinggal menunggu ajalnya. Bagaimana tidak? Sedangkan dalam ajaran mereka, para penganut agama Islam: “halal darahnya”.
Diriwayatkan oleh Al Shaduq, ia bertanya kepada Abu Abdillah, “Apa pendapat Anda tentang membunuh orang Al Nashib (Ahlus Sunnah)?" Ia menjawab: “Darahnya halal..” [Al Anwar An Nu’maniyah (2/307)]
Pengakuan-pengakuan beberapa kalangan, bahwa Syiah di Indonesia tidak mengkafirkan shahabat radiyallahu ’anhum, tidak menganggap ‘Aisyah sebagai pezina, melarang mut’ah dan perbedaannya dengan Sunni hanyalah masalah shalat yang di jama’ setiap waktu nampaknya amat sukar dipercaya.
Alasannya cukup sederhana: Syiah memiliki ajaran yang mewajibkan pemeluknya untuk berbohong, yang dikenal sebagai “Taqiyyah”. Taqiyyah adalah “menyembunyikan kebenaran, menutupi keyakinan, demi mashlahat agama dan dunia”.
“Wa laa diina li-man laa taqiyyata lahu” ("Tidak beragama orang yang tidak ber’taqiyya”), begitu ujar Muhammad Al-Kalianiy di Ushulul-Kaafiy, Juz: 2, hal: 576 dan kitab ini adalah kitab yang paling shahih dalam Agama Syiah.
Ujar yang lain pula: “Barangsiapa yang beriman dengan Allah dan Hari Akhir, maka jangan berbicara di “daulatul-bathil” (negara yang batil), kecuali dengan ‘taqiyyah’." [Muhammad Baaqir Al Majlisy, Bihaarul-Anwar (72/421)]
Mereka menganggap negara-negara yang berpenduduk mayoritas Islam Sunni sebagai Daulatul-Bathil. Lantas, betapa sulitnya untuk bisa membedakan kapan mereka jujur dan kapan ber-taqiyyah.
Meminjam istilah santri “Syammir wa Jidda”, atau “Singsingkan lengan baju, lantas berjuang..” Nampaknya sudah layak untuk dikumandangkan, para shahabat pena dengan penanya, pendekar khutbah dengan suara baritonnya, para cendekiawan dengan pemikirannya, para Ibu dengan pembacaan kisah-kisah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para shahabatnya, layaknya Abu Bakar, Umar, Ustman, Ali, Abu Hurairah ridwanullah 'alaihim dan para generasi ‘salaf’ lainnya terhadap buah hati sebelum tidur, demi terjaganya “anak-cucu” dari aqidah “tukang bohong.”
Mencontoh ‘Ali bin Abi Thalib yang meratakan kuburan-kuburan yang tinggi [HR. Muslim: 969] atas perintah pemerintah saat itu, yaitu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Kisah Abu Hayyaj Al Asadi yang diutus oleh Khalifah ‘Ali bin Abi Thalib untuk menunaikan tugas serupa. [HR. Muslim: 969]
Begitu pula Imam Syafi’iy yang menghancurkan bangunan yang dibangun di atas kuburan di Kota Mekkah bersama Pemerintahan Makkah [Lihat: Al-Umm (1/463)]
Rakyat Indonesia dan Pemerintahan sudah sewajarnya bergotong royong’ untuk mengehentikan laju Syiah Rafidhah di Bumi Pertiwi, sebagaimana yang dicontohkan para Salaf di atas..
Anggapan kedudukan Ali layaknya Tuhan, cacian mereka terhadap shahabat dan Ibu kita, ‘Aisyah, lalainya Jibril menyampaikan wahyu di mata mereka, (maaf) Kemaluan Rasulullah yang berhak di Neraka dan pahaman-pahaman mengerikan lainnya, nampaknya cukup menjadi alasan untuk mengatakan: “Syiah Sesat” (Syaih Bukan Islam -red).
Wallahu A’lam Bish-Shawaab..
Oleh: Rizqo Kamil Ibrahim (Mahasiswa Universitas Islam Madinah)
--------
Di Bawah Bulan Purnama, Muharram 15th, 1433 H..
Sumber: Abdurrahman bin Sa'ad bin Ali Asy Syistriy, ‘Aqaa-idu Asyiiah Al Itsna ‘Asyairah Su-aalun wa Jawaabun [Buku ini memuat 164 soal-jawab tentang Aqidah Syiah Imam 12 (Istna ‘Asyariy). Jawaban diambil langsung dari karangan-karangan Imam-imam Syiah. Buku ini teramat penting, terlebih sebagian besar Syiah di Indonesia sama dengan di Iran, Penulis tidak tahu, apakah sudah ada terjemahan kitab ini atau belum]
~Via: Mutiara Sunnah | Dengan edit oleh Admin Buletin Al-Minhaj
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment